12 Technical SEO Checklist yang Sering Dilewatkan

Technical seo checklist standar mungkin sudah Anda kuasai, tetapi jika trafik stagnan, kemungkinan besar ada masalah teknis tersembunyi yang menggerogoti performa situs Anda. Banyak praktisi SEO berhenti pada level permukaan, seperti mengecek sitemap atau meta description dan mengabaikan checklist seo on page yang lebih dalam.

Namun, untuk “naik level”, kita harus membongkar infrastruktur situs seperti seorang developer. Masalah sebenarnya seringkali tersembunyi di area yang tidak terjangkau oleh software audit standar.

Berikut adalah 12 poin lanjutan untuk technical seo checklist Anda. Poin ini dirancang untuk menemukan masalah nuanced yang sering dilewatkan para profesional berpengalaman.

1. Analisis Log File Server

Berhenti mengandalkan crawl simulator (seperti Screaming Frog atau Sitebulb) sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Tools tersebut only menunjukkan apa yang bisa terjadi. Analisis log file server menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi.

Di sinilah Anda melihat kebenaran: Googlebot menghabiskan 80% crawl budget untuk merayapi URL parameter faceted navigation yang tidak berguna. Bisa jadi Googlebot gagal menemukan halaman produk baru Anda.

Ini adalah data mentah perilaku bot, bukan simulasi. Solusinya seringkali melibatkan pemblokiran parameter yang boros secara agresif melalui robots.txt. Ini bisa juga butuh penyesuaian server response untuk user-agent spesifik.

2. Paritas Mobile-First Indexing

Ini adalah kesalahan paling umum saat ini. “Lolos” tes mobile-friendly Google tidak berarti apa-apa.

Sejak Mobile-First Indexing, Google mengindeks hanya versi mobile situs Anda.

Masalah yang sering terlewat:

  • Internal link di desktop vs mobile.
  • Structured data di desktop vs mobile.
  • Konten tersembunyi di mobile.

Jika konten, link, atau schema tidak ada di versi mobile, maka itu tidak ada bagi Google.

3. Diagnostik Render JavaScript

Jangan percaya pada pernyataan “Google bisa merender JavaScript”. Tentu, Google bisa, tetapi ada biayanya (disebut rendering budget) dan seringkali ada penundaan.

Praktisi teknis harus berhenti melihat source code (Ctrl+U). Kita harus memeriksa DOM (Document Object Model) yang di-render. Gunakan tool seperti ekstensi View Rendered Source atau inspeksi URL di GSC, ini adalah bagian penting dari technical seo checklist.

Masalah umum adalah konten atau link yang dimuat melalui event JavaScript yang kompleks. Contohnya on-scroll tanpa fallback yang tidak pernah dilihat Googlebot.

Solusinya bervariasi. Mulai dari implementasi Dynamic Rendering hingga beralih ke Server-Side Rendering (SSR) untuk konten kritis.

4. Kebocoran Crawl Budget Parameter

Ini adalah level lanjutan dari duplikasi konten. Faceted navigation (filter) di e-commerce adalah penyebab utamanya.

Canonical tag saja tidak cukup untuk menghemat crawl budget. Jika Googlebot masih harus merayapi 10 juta kombinasi filter (sepatu/merah/ukuran-42/diskon) hanya untuk menemukan canonical tag yang menunjuk kembali ke halaman kategori, budget Anda sudah terbuang.

Solusi teknis yang benar adalah kombinasi multi-lapis:

  • Blokir kombinasi filter tidak bernilai SEO.
  • Terapkan rel=canonical dengan cerdas.
  • Gunakan rel=nofollow internal pada filter tertentu.

5. Audit Hreflang Bertentangan

Kesalahan hreflang yang terlewat bukan sekadar salah kode negara (en-UK vs en-GB). Masalah yang lebih dalam adalah sinyal yang bertentangan dan return link yang rusak.

Situs Anda mungkin memiliki tag hreflang di HTML, tetapi header HTTP mengirimkan hreflang yang berbeda. Atau, sitemap.xml Anda mencantumkan set hreflang yang berbeda lagi.

Google akan bingung dan mengabaikan semua sinyal tersebut. Audit teknis harus memvalidasi konsistensi di ketiga area (HTML, HTTP Header, XML Sitemap). Pastikan setiap halaman yang ditautkan juga memiliki return link yang valid.

6. Inkonsistensi Sinyal Kanonikal

Ini adalah mimpi buruk teknis. Crawler bingung ketika sinyal kanonik tidak konsisten 100%.

Periksa ini:

  • rel=canonical di HTML.
  • URL di sitemap.xml.
  • Internal link (mayoritas mengarah ke mana?).
  • Redirect 301 (konsistensi WWW/non-WWW).

Jika sitemap mengatakan A, canonical mengatakan B, dan internal link menunjuk ke C, Google akan membuat tebakan sendiri. Tebakan itu biasanya itu merugikan Anda.

7. Rantai Redirect Internal 301

Menemukan 404 itu level dasar. Level lanjutannya adalah menemukan rantai redirect (301 > 301 > 301 > 200).

Setiap lompatan (hop) menghabiskan crawl budget dan mengencerkan PageRank. Lebih buruk lagi adalah penggunaan redirect 301 untuk internal linking.

Developer sering malas mengubah hard link saat migrasi. Seharusnya semua internal link mengarah langsung ke URL 200 (final). Jangan mengandalkan redirect untuk memperbaiki navigasi.

8. Implementasi X-Robots-Tag Header

Semua orang mengecek robots.txt dan meta tag. Hampir tidak ada yang mengecek HTTP response headers. Tag X-Robots-Tag adalah cara level server untuk memberi instruksi crawler.

Ini adalah area yang berbahaya. Seringkali, developer secara tidak sengaja menerapkan X-Robots-Tag: noindex, nofollow pada semua file PDF atau gambar di seluruh situs.

Padahal PDF (seperti whitepaper) tersebut sangat penting untuk SEO. Ini adalah blind spot besar dalam technical seo checklist yang standar.

9. Validasi Structured Data Kontekstual

Berhenti mengandalkan Schema Validator atau Rich Results Test sebagai kebenaran akhir. Tools itu hanya memeriksa sintaks (apakah kodenya valid?). Mereka tidak memeriksa konteks (apakah kodenya relevan?).

Masalah yang sering terlewat:

  • Nesting (sarang) schema yang salah.
  • Penggunaan schema review untuk testimoni.
  • Schema di halaman tidak relevan.

Ini bisa berujung pada manual action untuk structured data spam. Ini terjadi meskipun secara teknis code-nya “valid”.

10. Ukuran DOM Berlebihan

Ukuran DOM yang sangat besar (lebih dari 1.500 node) adalah racun bagi Core Web Vitals dan crawling, karena membebani browser (menyebabkan CLS dan memperlambat LCP) sekaligus menyulitkan crawler untuk parsing.

Umumnya, masalah ini adalah hasil dari penggunaan page builder WordPress (Elementor, Divi) atau tema yang bloated yang membungkus satu link sederhana dalam 15 lapisan <div>.

Untuk mengatasinya, solusi yang diperlukan adalah refactoring code dan developer yang disiplin.

11. Halaman Terisolasi (Orphan/Dead-End)

Identifikasi dua jenis halaman bermasalah. Halaman ini tidak akan ditemukan oleh crawl standar yang dimulai dari homepage:

  • Halaman Yatim (Orphan Pages)
  • Halaman Buntu (Dead-End Pages)
  • Halaman Yatim (tidak ada internal link masuk) tidak akan pernah ditemukan oleh crawler (kecuali dari sitemap).
  • Halaman Buntu (tidak ada internal link keluar) adalah jalan buntu bagi link equity dan crawler. Ini menciptakan cul-de-sac di arsitektur situs Anda.

12. Edge SEO via CDN

Ini adalah level tertinggi dari SEO teknis. Mengapa menunggu tim backend merilis perbaikan selama 3 minggu?

Dengan Edge SEO, kita menggunakan service worker di level CDN (seperti Cloudflare Workers atau Akamai EdgeWorkers). Ini untuk memodifikasi response HTML/HTTP sebelum sampai ke pengguna atau bot.

Kita bisa:

  • Mengimplementasikan hreflang secara dinamis.
  • Mengubah title tag untuk A/B testing.
  • Menambahkan canonical tag pada halaman bermasalah.
  • Menjalankan redirect 301 tanpa menyentuh .htaccess.

Ini memungkinkan tim SEO untuk mengimplementasikan perbaikan teknis kritis secara instan. Ini adalah level tertinggi dari eksekusi technical seo checklist tanpa bergantung pada siklus rilis developer.

Kesimpulan

Menguasai 12 poin ini membedakan seorang spesialis teknis sejati dari praktisi biasa. Audit standar hanya menemukan gejala; daftar ini dirancang untuk menemukan penyakitnya.

Berhenti mengandalkan checklist permukaan. Mulailah membongkar log file, DOM, dan header HTTP untuk menemukan kemenangan SEO sesungguhnya di luar technical seo checklist biasa.

Author

  • Foto Ryanda Agung Widyanata

    Founder of ryandaaw.com & SatuSEO | Digital Marketing Expert with 10+ Years of Experience, Focused on Lead Generation

    View all posts
Paling sering dibaca: